Sunday 31 January 2010

Terapi sulih Hormon untuk wanita Menopouse

by dr. Dewi Sartika


Perdebatan tentang pil KB yang bisa menunda siklus haid perempuan hanyalah babak lanjutan dari perdebatan tentang penggunaan hormon pada perempuan. Beberapa tahun sebelumnya, bahkan hingga kini, sudah muncul perdebatan yang lebih seru tentang terapi sulih hormon pada perempuan menopause.

Aging is never easy. Tidak mudah menjadi tua. Tidak semua orang bisa menerima "kodratnya" saat tubuh mulai menampakkan tanda-tanda usia senja. Terlebih pada perempuan, saat masa menopause tiba.



Perempuan memang unik. Kalau diamati, kesehatan pada perempuan kini memiliki porsi perhatian lebih besar dibandingkan laki-laki. Isu utama dalam dunia kesehatan sangat banyak didominasi oleh masalah-masalah perempuan, mulai dari kanker payudara dan kanker serviks sebagai penyebab kematian nomer 1 dan 2 akibat kanker, hingga penyakit-penyakit di masa menopasuse, seperti osteoporosis.

Karena itu perempuan adalah pasar yang cukup besar untuk perusahaan farmasi, selain anak-anak. Banyak obat dibuat untuk meningkatkan taraf kesehatan perempuan. Tapi seringkali kita lupa bahwa obat-obat tersebut "terpaksa" dikonsumsi oleh perempuan karena tuntutan mereka sebagai perempuan. Laki-laki hampir tidak terlau bermasalah dengan masa andropause mereka. Lain dengan perempuan.

Saat masa menopause tiba, sebagian perempuan merasakan keluhan sindrom klimakterik seperti gejolak panas, sukar tidur, sering keringat malam, gangguan suasana hati, jantung berdebar, nyeri sendi dan sebagainya. Berangkat dari sini, maka dikembangkan terapi berbasis hormon, dalam hal ini hormon estrogen, untuk menggantikan peran hormon estrogen yang menurun drastis saat menopause. Tak hanya penampilan yang serasa "muda" kembali, sebagian besar pemakai hormon pengganti merasakan berbagai keluhan saat menopause mulai sirna.

Estrogen bicara

Bagaimana awal mula penggunaan hormon pengganti pada perempuan menopause? Ada baiknya kita berbalik ke 40 tahun silam, saat dunia mulai melirik potensi hormon perempuan bernama estrogen. Dr. Robert Wilson, seorang ahli ginekologi, adalah orang pertama yang mempopulerkan estrogen. Wilson berpikir bahwa hormon ini bisa bertindak sebagai rejuvenator untuk perempuan pada usia tertentu. Dalam bukunya yang sangat sukses, Feminine Forever diterbitkan pada 1966, Wilson menulis, menopause sebagai suatu "pudarnya kehidupan" di mana perempuan berubah menjadi seperti "sapi yang membosankan". Suplemen estrogen, tambah Wilson, adalah keajaiban yang bisa mengubah perempuan menjadi muda kembali.

Tampaknya sangat logis dan meyakinkan. Serangan jantung di usia 30-40 tahun hanya sedikit menimpa perempuan dibanding pria. Estrogen lah yang berperan melindungi peremuan dari serangan jantung dan berbagai penyakit lain. Namun estrogen secara alami akanmenyusut produksinya saat menopause. Akibatnya perempuan memiliki risiko serangan jantung yang meningkat jauh melampaui pria. Jelas sekali bila estrogen punya pengaruh positif. Sejumlah studi pada 1980 memperlihatkan bahwa perempuan yang menggunakan hormon saat menopause memiliki kadar LDL kolesterol yang lebih rendah dan HDL tinggi.

Namun waktu berjalan dan penelitian menyadari bahwa tidak aman memberikan estrogen tunggal pada perempuan dengan rahim utuh. Unopposed estrogen secara dramatis meningkatkan kesempatan seorang perempuan mengalami kanker rahim. Penambahan progestin, hormon perempuan lainnya, tampaknya bisa mengatasi masalah ini.

Keraguan terhadap manfaat jangka panjang terapi sulih hormon kian mengakar. Dokter yang mempelajari isu ini menemukan betapa sedikit bukti yang ada. Pada awal 1990, Dr. Deborah Grady dari University of California, San Diego diminta untuk menulis panduan penggunaan terapi sulih hormon untuk American College of Physicians. Dia kian tidak nyaman saat menelusuri literatur. Tak ada satu pun studi yang jelas. Sebagian besar merupakan studi observasi yang menunjukkan perempuan yang mengggunakan terapi sulih hormon hidup lebih lama dan memiliki masalah kesehatan yang lebih sedikit dibanding mereka yang tidak menjalani terapi ini. Bisa jadi terapi sulih hormon memang yang mebuat semua hal itu terjadi, atau bisa saja perempuan yang menjalani terapi itu memang lebih sehat. Tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti.

Isu keamanan terapi sulih hormon mencapai puncaknya saat lebih dari 160.000 perempuan Amerika terlibat dalam studi Women Health Initiative (WHI). Studi ini terbagi menjadi lima studi besar yang mengamati segala hal mulai peran diet terhadap kesehatan perempuan hingga peran hormon dalam proses penuaan. Lebih dari 16.000 perempuan sehat sehat, usia 50-79 tahun, menjadi partisipan dalam studi menggunakan estrogen dan progestin. Setengah dari perempuan ini secara acak menerima hormon kombinasi, dan separuhnya lagi diberi plasebo.

Studi ini rencananya berlangsung rata-rata delapan tahun dan mencatat seberapa banyak yang menderita serangan jantung, stroke, pembekuan darah, fraktur panggul, atau kanker kolon. Jajaran keamanan memonitor data untuk meyakinkan bahwa studi akan dihentikan sebelum jadwalnya (2005) bila ada bukti jelas terapi hormon bermanfaat, atau sebaliknya bila risiko terapi sulih hormon lebih besar dari manfaatnya.

Petunjuk pertama datang akhir 1999, saat jajaran pemonitor mendeteksi peningkatan risiko yang tidak diduga dari bekuan darah dan serangan jantung pada terapi hormon kombinasi. Meskipun risiko absolut adalah kecil, namun fakta ini cukup mengejutkan. Sebagian besar dokter percaya bahwa terapi sulih hormon menawarkan perlindungan melawan penyakit kardiovaskular. Peneliti kemudian menginformasikan pada partisipan dan dokter mereka tentang temuan ini awal 2000, tapi memutuskan untuk meneruskan studi untuk melihat efek negatif tersebut apakah menetap.

Musim semi di tahun yang sama, bahaya baru muncul dari data. Perempuan yang menggunakan estrogen dan progestin tak hanya lebih cenderung menderita serangan jantung dan bekuan darah di paru dan kaki, tapi mereka juga sedikit lebih berisiko menderita kanker payudara. Meskipun perempuan yang menjalani terapi sulih hormon lebih sedikit menderita fraktur panggul (1 perempuan per 1000/ tahun dibanding 1,5 perempuan per 1000/tahun), tapi manfaat ini tidak cukup besar bila melihat risikonya.

Salah satu yang menarik dari studi WHI adalah, perempuan yang menjalani histerektomi terdeteksi tidak mengalami risiko berlebihan kanker payudara. Rupanya, estrogen ditambah progestin memiliki efek negatif kumulatif terhadap payudara yang estrogen sendiri tidak punya efek.



Wajib Skrining

Adanya kontroversi tak membuat kiprah hormon pengganti menjadi surut. Justru penlitian terus dilakukan untuk mencari formula dan metode pemberian terapi sulih hormon dengan aman. Saat studi Whi bergulir, mereka menggunakan estrogen dan progestin pada produk buatan Wyeth, yaitu Prempro. Prempro kini sudah ditarik dari pasaran.

Kalangan dokter lalu beralih ke hormon dengan dosis lebih rendah atau estrogen-progestin berbentuk krim yang mungkin bisa menghindari beberapa risiko yang diperlihatkan oleh Prempro. Tapi ini belum terbukti. Bahkan hormon alami yang diturunkan dari tanaman pun belum tentu bebas dari risiko. Setelah itu beralih ke era pengembangan senyawa mirip estrogen memiliki semua manfaat hormon tanpa risiko apapun. Misalnya, raloxifene, yang mampu mencegah fraktur tanpa meningkatkan risiko kanker payudara. Tapi sejumlah wanita mengalami hot flashes dan bahkan pembekuan darah saat menggunakan raloxifene. Akhirnya agen ini tidak lagi dipertimbangkan menjadi kandidat pengganti estrogen. Saat ini mulai dikembangkan produk hormon sintetis yang relatif lebih aman, homron pengganti dengan komposisi drospirenon dan estradiol, yang merupakan turunan dari estrogen dan progesteron.

Namun satu hal yang penting, apapun produk hormon yang digunakan, skreening adalah hal yang wajib dilakukan sebelum memulai terapi hormon. Seperti kita tahu, hormon estrogen dan progesteron berperan penting terhadap seluruh organ di tubuh manusia. Hormon estrogen dan progestin yang terdapat pada pil kontrasepsi maupun pada pil hormon pengganti akan berpengaruh kepada hampir semua organ tubuh perempuan. Mulai dari jantung, ginjal, liver, pankreas, pembuluh darah, sistem pembekuan darah, payudara, rahim, otak, kulit, tulang, usus dan sebagainya.

Sampai saat memang ini belum banyak perempuan menopause Indonesia yang menggunakan terapi sulih hormon. Namun produk-produk hormon pengganti sudah banyak masuk ke Indonesia.

Terapi sulih hormon sebenarnya layak diberikan pada perempuan menopause yang memiliki keluhan sindrom klimakterik. Seperti dijelaskan Dr. Andon Hestiantoro SpOG(K) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, meskipun gejala menopause tidak berat, terapi sulih hormon dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu seperti 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, atau 1 tahun sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup. Pedoman terbaru di Indonesia menyatakan, terapi sulih hormon terbukti aman untuk penggunaan selama 5 tahun.

Pemberian terapi sulih hormon yang aman dan efisien harus melalui serangkaian konsultasi secara lengkap dengan spesialis kandungan atau dokter umum. Dokter harus memeriksa kondisi pasien mulai dari tekanan darah, fungsi liver, kadar gula darah, mammografi setiap 1-2 tahun, pemeriksaan fisik dan organ ginekologi. Obat sulih hormon juga sebaiknya dikonsumsi secara teratur pada waktu yang relatif tetap. "Gunakan dosis terkecil yang paling bermanfaat untuk mengatasi keluhan klimakterik dan pasien dianjurkan kontrol rutin minimal setiap 3-6 bulan," jelas Andon.

Skreening menyeluruh sebelum dilakukan terapi sulih hormon, adalah hal wajib dan tidak bisa ditawar-tawar. Seperti dipaparkan Dr. Hananto Andriono SpJP(K) dari Pusat Jantung Nasional, Harapan Kita, bahwa sulih hormon ibarat pupuk yang menyuburkan bibit-bibit kanker dalam tubuh perempuan, kalau memang perempuan itu memiliki bibit kanker. Karena itu sebelum menggunakan sulih hormon, perlu dilakukan skrining menyeluruh, kalau perlu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kalau memang tidak terlalu perlu, terapi sulih hormon sebaiknya tidak diberikan. "Biar saja tua, mau keriput, keriput saja, suami mau minggat, minggato..!" ujar Hananto. Ucapan menggelitik yang layak direnungkan.

No comments:

Post a Comment